top of page
  • Writer's pictureShannon Sutanto

Serba-Serbi Perbedaan Mengajar dengan Ms. Rumondang




Halo Kepoers! Siapa yang udah bosan sekolah online terus? Sejak bulan Maret tahun 2020, kita sudah melalui begitu banyak perubahan dalam berjalannya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Mungkin, dulu kita bahagia karena bisa sekolah di rumah. Namun, setelah 2 tahun, lama-lama pasti menjenuhkan. Nah, Kepoers percaya gak kalau guru kita juga ngalamin hal yang sama loh! Beberapa waktu lalu, Tim KEPO berkesempatan untuk mengobrol dengan Ms. Ade, salah satu guru mengenai perbedaan mengajar sebelum dan sesudah pandemi.



Dra. Rumondang Siregar M.Th. atau biasa kita panggil dengan sebutan Ms. Ade merupakan salah satu wajah baru di SMAK IPEKA Tomang. Beliau bekerja di IPEKA dalam rangka praktek selama satu tahun setelah menyelesaikan pendidikan S2 di Sekolah Tinggi Teologi Reformed Indonesia. Sebelum di IPEKA, Ms. Ade merupakan seorang guru bahasa yang telah mengajar di beberapa lembaga formal (sekolah) maupun informal seperti lembaga LIA dan lembaga kaum ekspatriat. Ms. Ade sudah mengajar Bahasa Indonesia dari tahun 2003 dan memutuskan untuk kembali kuliah dan mengambil jurusan Teologi sekitar tahun 2012. Saat praktek di IPEKA, sebenarnya Ms. Ade ingin mengajar pelajaran PAKBP karena sesuai dengan jurusan universitasnya. Namun, karena guru PAKBP baru tidak dibutuhkan, maka Ms. Ade memutuskan untuk mengambil alih posisi guru Bahasa Inggris yang kosong pasca Ms. Mira berhenti mengajar.


TRANSISI NORMAL KE PANDEMI

Berbicara mengenai transisi yang dialami di masa pandemi, Ms. Ade menceritakan mengenai kegiatan-kegiatan akhirnya sebelum pandemi melanda. Ketika awal pandemi, Ms. Ade baru selesai menulis tesisnya, dan hal tersebut dilakukannya serba online. Menurut Ms. Ade, resources yang ditawarkan oleh website online gratis kualitasnya kurang baik sehingga tulisan ilmiahnya tidak maksimal. Di sisi lain, website berbayar juga mematok harganya cukup tinggi untuk berlangganan atau membeli satu karya ilmiah. Hal ini tentu berbeda dengan mencari resources lewat perpustakaan yang memiliki sumber lengkap yang terakreditasi. Untuk dapat fokus menyelesaikan tesis tersebut, Ms. Ade berusaha mengurangi aktivitas mengajarnya sehingga tantangan yang dirasakan tidak terlalu besar. Setelah menyelesaikan tesis tersebut dan memutuskan untuk masuk ke IPEKA, Ms. Ade harus beradaptasi lagi dengan jumlah murid yang sangat banyak.


KONDISI BARU, CARA BARU, INOVASI BARU

Ketika berbicara mengenai persiapan mengajar, Ms. Ade percaya bahwa setiap guru memiliki planning-nya masing-masing. Mulai dari motivasi mengajar setiap harinya, bahan presentasi, tugas-tugas yang akan diberikan, dan sebagainya. Semua hal tersebut sebenarnya sama dalam pembelajaran offline atau online. Perbedaan yang paling menonjol hanya terletak di medianya. Kalau dulu sebelum pandemi, guru mengajar langsung menggunakan kertas, pulpen, spidol, atau alat bantu konkrit lainnya. Kalau sekarang alat bantunya serba online atau virtual seperti Google Classroom, Google Docs, Power Point, dan masih banyak lagi. Media mengajar tersebut itulah yang merupakan hal baru bagi Ms. Ade pada saat mengajar selama pandemi ini.


Selain cara mengajar yang dirasa baru, interaksi dengan murid selama mengajar disebut juga memberikan pengalaman yang cukup menarik. Menurut Ms. Ade, dengan cara mengajar seperti ini memberikan tantangan baru bagi guru-guru agar dapat mengajar dengan efektif dan tidak membuat murid merasa bosan ataupun mengantuk. Hal tersebut menantang karena susahnya mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh murid itu sendiri. Pada pembelajaran offline, guru-guru tahu apabila murid memperhatikan atau malah mengantuk. Namun dalam pembelajaran online, kebanyakan murid tidak menunjukkan secara full wajah mereka dan hanya menunjukkan sedikit muka lalu sisanya atap rumah. Cukup sulit untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan sang murid. Namun, seiring berjalannya waktu, Ms. Ade dapat beradaptasi dengan keadaan mengajar seperti ini.


Ms. Ade juga belum menguasai teknologi atau platform mengajar baru untuk mengajar, sehingga ia harus berusaha belajar lagi dari nol di usianya yang tidak lagi belia. Meskipun sulit, beliau senang mengajar menggunakan banyak media yang bervariasi agar menolong murid-murid dapat mengerti pelajaran dengan cepat dan menarik. Setelah sekian bulan mengajar dengan cara begitu-begitu saja, Ms. Ade mulai merasa bosan. Ms. Ade mempelajari cara-cara mengajar baru dengan bertanya ke guru-guru yang lebih muda, seperti Pak Yudith dan Pak Mikhael. Sejak saat itulah Ms. Ade mempelajari bagaimana caranya menggunakan Kahoot, Quizizz dan lain sebagainya agar suasana belajar menjadi lebih seru.


OFFLINE ATAU ONLINE?

Menurut pendapat Ms. Ade sendiri, penggunaan platform dan teknologi baru tidak terlalu menolong dan biasa saja. Ms. Ade tidak terlalu suka menggunakan platform ini karena pertama harus mempelajari penggunaan teknologi tersebut dan Ms. Ade merasa kehilangan hubungan emosional dengan murid-murid. "Untuk bagian memeriksa jawaban dengan cepat, platform tersebut membantu. Namun untuk menjalin hubungan emosional dengan murid tidak terlalu membantu," ucap Ms. Ade.


Sebagai seorang guru, Ms Ade tidak melihat hanya dari kemampuan murid menjawab pertanyaan, tetapi banyak hal yang harus diperhatikan guru terhadap murid. Memperhatikan emosi murid sudah masuk 50% sebagai pekerjaan seorang guru karena dapat menolong juga untuk mengatur emosi selama pembelajaran berlangsung. Menurutnya, guru tidak hanya berperan untuk membagikan materi pembelajaran, karena murid dididik tidak hanya dari IQ saja tetapi juga EQ. Adanya platform teknologi hanya memberikan setengah dari keefektifan mengajar seorang guru sehingga Ms. Ade tidak puas dengan hasil mengajarnya. Di samping hal-hal yang sudah disebutkan tadi, mengajar secara online juga membuat Ms. Ade terkena radiasi dari laptop setiap harinya.

Kalau ditanya, apakah Ms. Ade rindu saat mengajar sebelum pandemi? Jawabannya sudah pasti sangat rindu. Ms Ade sangat suka interaksi belajar dengan murid face-to-face dibanding menatap layar dan melihat murid yang berada di dalam kotak-kotak kecil. Maka dari itu, hadirnya hybrid learning disambut dengan semangat oleh Ms. Ade. Ms. Ade merasa sudah lama sekali tidak interaksi aktif dengan siswa. Secara tidak sadar, beliau rindu dengan suasana ramai dan berisik dari murid-muridnya sehingga membuat Ms Ade ingin cepat-cepat kembali seperti dulu lagi. Bahkan, Ms. Ade sedikit menoleransi murid-murid yang berisik untuk menghidupkan suasana kelas seperti sedia kala. Ms. Ade juga rindu mengoreksi pekerjaan murid pada media kertas, mengoreksi dengan spidol warna-warni. Kalau disuruh memilih, sudah pasti Ms. Ade memilih mengajar offline daripada online.



MOTIVASI UNTUK REKAN GURU DAN PESAN UNTUK KEPOERS

Untuk motivasi mengajar setiap harinya, Ms Ade selalu memotivasi sendiri untuk menjalani harinya. Ketika saat teduh, Ms. Ade selalu meminta kepada Tuhan agar dapat menyertai hari-harinya. Sama dengan guru-guru lainnya, Ms Ade sering sharing keluhan masing-masing dan mengobrol banyak hal sebagai bentuk hiburan disaat sedang break mengajar. Tips dari Ms Ade untuk sesama guru adalah harus menjadi realistis di kondisi pandemi. Masa pandemi ini kondisinya tidak ideal untuk mengajar secara efektif seperti dulu. Menurut Ms. Ade, guru harus bisa menerima kondisi ini dan dapat mengubah cara mengajarnya dengan menyesuaikan keadaan yang ada. Terkadang, Ms. Ade berusaha untuk memahami murid, tidak memaksa mereka untuk on camera terus menerus atau juga memberikan aktivitas yang bisa membuat murid juga menikmati masa sekolah online muridnya.


Ms. Ade juga punya pesan spesial untuk Kepoers. Pesannya adalah Kepoers juga harus realistis dalam home learning. Kepoers harus mengerjakan semua tugas semampu kita. Kalau belum bisa, jangan terlalu push yourself karena nantinya akan stres sendiri. Guru sebisa mungkin akan mengerti bahwa ini situasi yang tidak ideal dan memakluminya. Berusaha harus, tetapi jangan melakukan sesuatu yang tidak benar hanya untuk mencapai sesuatu yang ideal tersebut. Pada akhirnya, Ms. Rumondang berharap agar murid dan guru dapat bekerjasama untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat di kondisi yang tidak sehat ini.


Itulah wawancara spesial Tim KEPO dengan Ms Ade. Wah, menarik banget ya! Ternyata, selama ini guru-guru juga mengalami kesulitan yang sama seperti murid-murid. Guru-guru sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang menarik untuk murid-muridnya. Tentunya kita berharap agar kondisi dunia semakin baik. Namun, selama home learning masih berjalan, kita harus lebih semangat belajar di segala situasi yang ada.


 

Penulis : Shannon Sutanto

Editor : Michael Chandra


110 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817214548.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215538.png
Untitled39_20220817215417.png
Untitled39_20220817214528.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled39_20220817214548.png
Untitled39_20220817215417.png
Untitled39_20220817214528.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817214548.png
Untitled39_20220817214528.png
Untitled39_20220817215417.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled39_20220817215620.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled39_20220817215538.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215620.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817215620.png
bottom of page