top of page
josephine02986

Self Healing


Sumber: Joe Irene

Self healing adalah proses penyembuhan yang dilakukan oleh diri kita sendiri terutama dalam bidang psikologis. Hal tersebut penting karena luka psikologis adalah hal yang tidak terlihat dan terkadang tidak kita sadari. Berbicara mengenai self healing ada beberapa orang yang memang diharuskan dan ditujukan untuk melakukan self healing, yaitu orang yang sakit. Namun terkadang sakit/terluka yang dibicarakan dalam psikologis adalah luka yang tidak dapat terlihat, sehingga banyak orang yang tidak sadar bahwa ia terluka. Kalau mau tahu apakah diri kita terluka, coba kita lihat ke diri kita sehari-hari apakah kita berfungsi dan merasakan emosi dengan baik seperti yang seharusnya. Jika kita merasa sedih, ya terima saja apa yang kita rasakan, bukan malah menolak perasaan tersebut. Proses seseorang menjalani self healing bukanlah sesuatu proses yang praktis dan cepat, namun membutuhkan waktu agar kita bisa menerima pelan-pelan. Dalam melakukan self healing, pertama kita harus self understanding atau self awareness.


A. Di tahap pertama ini, kita harus tahu terlebih dahulu bahwa diri kita terluka atau tidak.

Jika terluka, luka seperti apakah yang ada di dalam diri kita? Apakah itu luka karena hubungan dengan orang tua atau hubungan dengan yang lain? Kita juga butuh aware kalau perilaku kita sudah dikontrol, seperti kecanduan gadget atau hal lainnya yang bahkan diri kita tidak bisa kontrol. Atau bahkan kita tidak bisa mengontrol emosi kita, misalnya kalau kita marah rasanya mau ngamuk, dan perilaku tersebut mengganggu.


B. Kedua, membutuhkan penerimaan diri sendiri.

Setelah tau bahwa kita terluka, kita tidak boleh menyalahkan orang lain atas luka kita, melainkan kita harus bisa accept dengan kondisi diri kita. Terkadang kita tidak sampai ke tahap kedua ini, karena kita terkadang merasa malu atau hal lain, bisa juga dengan lingkungan. Terkadang pressure dari lingkungan juga membuat kita tidak bisa menerima luka kita sendiri.


C. Ketiga, ada tahap menuju ke willingness.

Dibutuhkan kemauan untuk sembuh dari diri sendiri. Akan sia-sia jika sudah menerima luka kita namun tidak ada kemauan untuk menyembuhkan. Terlebih lagi menyembuhkan luka psikologis tidak bisa dipaksakan, butuh kemauan dari diri sendiri.


Banyak hal yang dapat dilakukan untuk seseorang melakukan self healing, yaitu:

  1. Menulis diary dan menuangkan emosi kita ke dalam emosi tersebut. Journaling bisa membantu diri kita merasa didengarkan, sehingga tidak menyimpan semua masalah di dalam diri kita.

  2. Dengar diri kita sendiri. Disaat itu kita tanya apa yang kita mau, perasaan apa yang kita mau dapatkan (self talk) atau juga bisa menyakinkan diri kita dengan affirmation dan encouragement. Contohnya dengan bercermin, lalu memberi kata-kata yang mendorong dan menyakinkan pada diri kita sendiri.

Jika sudah merasa melakukan self healing, seseorang dapat dikatakan sembuh atau pulih dari lukanya, bisa dilihat dari perilaku kita, emosi, cara orang tersebut berelasi di lingkungan sosial, contoh jika kita terbiasa ditolak oleh orang tua, akhirnya saat sudah besar kita memiliki obsesi untuk mencari penerimaan diluar, memiliki pemikiran pokoknya harus diterima dalam lingkungan sosial meskipun sudah tergolong mengganggu. Contoh yang ditemukan dalam dunia remaja seperti ketika kita belajar sampai tidak tahu batasan, sampai nangis dan sakit-sakitan hanya demi diterima oleh orangtua atau mendapat pujian dari guru kita. Perilaku belajarnya memang bagus, tetapi kalau sudah tidak terkontrol sampai mempengaruhi kondisi fisik itu jadi sudah tidak sehat. Contoh lain dapat disebut toxic relationship, siapapun orang yang kasih kita perhatian sedikit menjadi kita sangat ‘bucin’. Tandanya, untuk sembuh kita bisa melakukan hal secara cukup dan menerima keadaan. Dimana ada balance antara hati dan pikiran. Jangan sampai kita dimanipulasi dengan relationship. Terlihat adanya perubahan perilaku dari cara kita mengontrol emosi dan mengenal diri kita sendiri.


a. Bagaimana cara kita untuk self healing jika orang yang menyakiti kita adalah orang terdekat, contohnya seperti keluarga?

  • Terkadang ada orang tua atau orang disekitar kita yang tidak sadar bahwa mereka telah melukai kita. Maka pertama-tama perlu untuk:

1. Aware bahwa kita terluka, ada masa kecil yang terluka, dan masuk ke tahap acceptance dan tidak menyalahkan orang lain. Jika orang yang menyakiti kita adalah orang yang terdekat kita, justru fokus lihat ke diri kita sendiri. Karena balik lagi ke self healing. Ada beberapa orang cukup beruntung keluarganya yang bisa diajak komunikasi, namun tidak semua orang bisa seperti itu karena tidak nyaman, atau orang tuanya belum menerima, belum mengerti bahwa seseorang itu bisa terluka secara psikologis. Maka apa yang harus kita lakukan adalah fokus pada diri kita.


2. Sebelum fokus pada apa yang bisa kita lakukan, balik ke self understanding lihat apa yang kita butuhkan. Apa sebenarnya kita butuh rasa aman? Rasa aman dalam arti “Oh, aku kalau salah gapapa loh, tidak harus selalu dibentak, aku ternyata boleh loh salah, dan setelah itu belajar dari kesalahanku.” Atau sebenarnya yang dibutuhkan itu merasa terkoneksi dengan orang karena merasa kesepian, meskipun banyak orang tetap ngerasa kosong. Disana mungkin kita memang butuh koneksi, sering diajak ngobrol apa yang kita rasakan, dan itu kita bisa lakukan terhadap diri kita sendiri dengan melakukan self healing untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri. Kalau kita butuh ditanya, diperhatikan tentang perasaan kita, coba mulai luangkan waktu 5-10 menit per hari untuk bertanya pada diri kita sendiri. Misalnya “Hari ini kamu merasa apa?” “Kamu merasa capek ya?".


3. Cobalah menjadi teman bagi diri sendiri, agar akhirnya kita menjadi terhubung dengan diri kita sendiri. Sampaikan kebutuhan kita ke mereka atau penuhi kebutuhan kita sendiri.


b. Apakah self healing butuh menggunakan obat-obatan? atau hanya memerlukan diri kita sendiri?

  • Tergantung setiap luka yang dialami setiap orang. Orang yang perlu obat-obatan harus pergi ke psikiater untuk mengurangi gejala, namun sebagian gangguan psikologis juga bisa dilakukan dengan langkah-langkah praktis. Contohnya, menulis perasaan yang kita alami, sehingga mengerti emosi kita sendiri. Intinya tergantung kepada luka dan harus dilakukan oleh profesional.


c. Bedanya self healing sama self distracting (bagaimana tau kalo kita benar-benar lagi healing atau sekedar lari dari/melupakan masalah doang)?

  • Self distracting cenderung untuk mengabaikan dan sulit menerima sendiri atau ada kecenderungan untuk menghindari situasi, perasaan, atau orang tertentu. Contohnya seperti saat kita marah, namun dari dulu tidak pernah diberikan kesempatan untuk marah akhirnya kita cenderung sekali marah menjadi sangat meledak atau hanya menghindari marah tersebut tanpa sebenarnya tau kondisi kita.


  • Self healing menerima dan menghadapi emosi kita sendiri, biasanya orang yang sudah healed menjadi terbuka dan lebih menerima apapun, ia merasa berhak merasakan apapun, ia merasa logika dan hati terhubung, balance. Kalau kita gagal namun sudah heal, kita bisa meregulasi kesalahan kita, siap menerima peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ketika mendapat nilai ulangan yang kurang memuaskan, orang yang menangis, nyerah, marah terhadap guru, atau menunjukan tindakan yang ekstrim berarti mereka belum bisa menerima dirinya. Namun, pada seseorang yang sudah healed, meskipun mengalami kegagalan dan merasa kesal, orang tersebut bisa terima dan kedepannya siap untuk memperbaiki kegagalan.


d. Ketika seorang murid sudah merasa tidak termotivasi untuk belajar apakah itu salah satu tanda membutuhkan self healing ?

  • Setiap orang pasti memiliki faktor motivasi yang berbeda-beda. Ada yang memang mau menghindari tugas itu, atau ada yang merasa sudah coba tapi putus asa, atau memang sudah coba dan merasa capek, ingin istirahat. Kita perlu lihat mengapa tidak termotivasi, dan seberapa lama durasinya. Kalau misalnya kita sudah di akhir semester, yang memang merasa sudah capek banget, terlebih dengan online learning seperti ini sulit berinteraksi dengan teman, bosan, mungkin banget motivasi kita turun. Tapi kalau merasa full setahun kita perlu tanya, kenapa? Terlebih jika sudah sangat mengganggu dan tidak bisa dikontrol. Jadi, balik lagi self healing ini butuh self awareness, tanya kepada diri kita sendiri sejak kapan, ada masalah apa dengan diri kita, siapa yang membuat diri kita seperti ini, atau mungkin memang dari diri sendiri? Nah, dari sini kita bisa tahu mengapa kita tidak termotivasi, barulah kita bisa tahu apa kita butuh self healing atau tidak.


Bagi teman-teman yang mau konsultasi lebih lanjut dengan Ci Joe Irene, bisa menghubungi Instagram @joeirene_ atau konsultasi secara online melalui web https://www.bicarakan.id/

 

Penulis : Josephine

Editor : Celine Davina M.


78 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817214548.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215538.png
Untitled39_20220817215417.png
Untitled39_20220817214528.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled39_20220817214548.png
Untitled39_20220817215417.png
Untitled39_20220817214528.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817214548.png
Untitled39_20220817214528.png
Untitled39_20220817215417.png
Untitled39_20220817214627.png
Untitled39_20220817215620.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled39_20220817215538.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled39_20220817215648.png
Untitled39_20220817215634.png
Untitled39_20220817215620.png
Untitled287_20220807093439.png
Untitled39_20220817215620.png
bottom of page